watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Seminar di bali

Selasa
Saya dan Rudi telah check in di hotel tempat
seminar diadakan. Kami diberi satu kamar untuk
berdua. Waktu menunjukkan pukul 13 siang,
kami memutuskan untuk menyewa mobil dan
pergi jalan-jalan ke Kuta. Saya banyak
menghabiskan waktu untuk foto-foto obyek yang
menarik, sedangkan Rudi lebih senang keluar
masuk toko mencari souvenir.
Rabu
Jam 8 pagi seminar telah dimulai. Pesertanya
cukup banyak, saya taksir ada sekitar 80 orang.
Untuk hari ini akan ada 4 session. Saya melihat
makalah seminar cukup banyak dan menarik.
Sambil mendengarkan seminar, tak lupa saya
mencari-cari yang cantik. Mata saya tertuju pada
seorang wanita Chinese yang cantik berambut
panjang yang duduk 1 meter dari saya.
Rambutnya di beri high light warna merah tua. Ia
mengenakan blazer dan rok selutut berwarna biru
tua. Sekali-sekali ia menguap lalu minum kopi.
Selesai session pertama, ada istirahat 15 menit.
Saya memakai kesempatan ini untuk kenalan
dengan wanita itu.
“Bagus ya topiknya tadi” kata saya membuka
pembicaraan.
“Iya, menarik kok. Pembicaranya juga bagus cara
membawakannya”
“Nama saya Arthur” kata saya sambil
memberikan kartu namaku
“Oh iya, saya Dewi” katanya sambil
mengeluarkan kartu namanya.
Rupanya Dewi bekerja di perusahaan sekuritas
saingan perusahaan tempat saya bekerja
“Kamu sendiri saja ke seminar ini?” tanya saya.
“Iya, tadinya teman saya mau datang tapi last
minute ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda”
Tak lama Rudi menghampiri saya diikuti oleh 1
pria dan 1 wanita. Dua-duanya Chinese.
“Arthur, kenalin nih teman saya dari Singapore.
Dulu saya kuliah bareng dengannya” kata Rudi
sambil menunjuk ke pria itu.
“Halo, saya Arthur”
“Saya Henry” kata si pria.
“Saya Carol” kata si wanita.
Kami lalu saling berkenalan dan bertukar kartu
bisnis. Henry dan Carol bekerja di perusahaan
sekuritas di Singapore. Carol manis sekali.
Tingginya sekitar 165 cm dan dadanya yang
membusung terlihat jelas dibalik kemeja tanpa
lengan yang ia kenakan. Rambutnya yang pendek
membuat penampilannya bertambah menarik.
Sedangkan Dewi, tingginya sekitar 170 cm.
Tatapan mata Dewi agak-agak nakal sehingga
saya sempat berpikir ia akan mudah saya ajak
tidur.
Session kedua pun kembali dimulai dan berakhir
jam 12 siang. Saya, Rudi, Henry, Carol dan Dewi
makan siang bersama di coffee shop hotel. Kami
memakai kesempatan ini juga untuk berkenalan
dengan peserta lainnya. Lumayan untuk
memperluas net work. Session ketiga dan
keempat berjalan dengan menarik dan banyak
menambah ilmu. Seminar hari ini berakhir jam 5
sore.
“Arthur, kamu kan orang Indonesia, kemana
kamu bisa membawa kami makan enak? Saya
sudah bosan dengan makanan hotel” tanya
Henry.
“Kita ke Jimbaran saja atau ke Legian, disana
banyak restaurant” sahut saya. Kita berlima pun
berangkat ke Jimbaran untuk makan malam.
Kamis
Seminar pun kembali dimulai jam 8 pagi.
Topiknya yang menarik membuat waktu berjalan
dengan cepat. Tak terasa seharian penuh telah
terlewatkan di ruang seminar. Selesai seminar,
saya menawarkan untuk ke Kuta untuk melihat
matahari terbenam, teman-teman pun setuju.
Hari ini Dewi terlihat cukup seksi, ia mengenakan
rok mini ketat berwarna biru muda dan kemeja
tanpa lengan berwarna putih. Di Kuta ia
menyempatkan untuk beli sandal karena dari
hotel ia mengenakan sepatu hak. Carol pun
terlihat tambah manis. Ia mengenakan celana
panjang ketat warna coklat muda dan kemeja
tanpa lengan warna putih. Carol ikut membeli
sandal di Kuta karena ia lupa membawa sandal
dari Singapore. Selesai melihat matahari
terbenam, kita bersantai di Hard Rock CafA? lalu
makan malam ke Warung Made.
Jum’at
Hari terakhir seminar banyak diisi oleh tanya
jawab dari peserta. Seminar berakhir jam 4 sore
karena panitia memberi kesempatan bagi peserta
rapat untuk menikmati sunset di Kuta. Sebuah bis
telah disiapkan untuk membawa peserta kesana.
Kami berlima ikut ke Kuta tetapi lebih memilih naik
mobil sendiri daripada naik bis. Selesai melihat
sunset, kami berlima menyelusuri toko-toko di
sepanjang Kuta. Carol, Henry, Dewi dan Rudi
sibuk berbelanja. Dewi rupanya belum pernah ke
Bali sehingga ia senang sekali jalan-jalan ke Kuta.
Jika sedang jalan ramai-ramai, Carol terlihat kecil
mungil karena saya dan Rudi tingginya 185 cm,
Henry sekitar 180 cm dan Dewi sekitar 170 cm.
Bali semakin malam, kami memutuskan untuk
makan malam di daerah Legian. Restaurant
Maccaroni menjadi pilihan kami. Beberapa peserta
seminar ikut bergabung makan bersama kami.
Tak henti-hentinya kami bercanda dan tertawa-
tawa. We had a good time. Selesai makan, kami
berlima melanjutkan ke M-Bar-Go yang terletak
satu jalan dengan Maccaroni. Peserta rapat yang
bergabung dengan kami lebih memilih untuk
kembali jalan-jalan di sepanjang Legian.
Musik berdentum-dentum dimainkan oleh DJ.
Suasana cukup ramai tetapi tidak terlalu padat.
Enak lah pokoknya untuk bersantai. Kami
memesan minuman beralkohol dan melanjutkan
obrolan sambil menonton film yang diputar di
jumbo screen. Jam 23:00, saya terpaksa harus
mengajak teman-teman pulang karena si Rudi
kelihatannya sudah mabuk berat, Dewi dan Carol
mukanya merah dan mereka tertawa-tawa
melihat Rudi yang mabuk.
Saya memang sengaja tidak minum terlalu
banyak karena tidak ada niat mabuk malam itu.
Setelah membayar minuman, saya membopong
Rudi keluar, Carol bersandar pada Dewi dan Henri
mengikuti dari belakang. Untung mobil diparkir
tidak jauh dari club. Di mobil, Rudi tak henti-
hentinya nyanyi dan tertawa. Dewi, Carol dan
Henri ikut tertawa melihat kelakukan Rudi.
Setiba di hotel, saya menghentikan mobil depan
lobby dan menyerahkan mobil ke petugas valet
parking. Kembali saya bopong Rudi. Carol
berjalan sambil setengah memeluk Henri sambil
mengeluh kepalanya yang sakit. Dewi
kelihatannya biasa saja padahal saya tau ia juga
mabuk. Kami berlima naik lift dan saya menarik
nafas lega karena tidak ada anggota peserta di
lobby hotel. Lift berhenti di lantai 3, Henri dan
Carol keluar karena kamar mereka di lantai 3. Saat
pintu lift tertutup, Dewi berseru sambil
membuka-buka tasnya
“Shit, kunci kartu gue mana ya?”
“Wah jangan-jangan tadi jatuh waktu tas kamu
ditaro di kursi di club” kata saya.
“Argh, harus minta dibukain nih sama
resepsionis” ujar Dewi.
“Telepon dari kamar saya saja” saya
menawarkan.
Pintu lift terbuka di lantai 4, kembali saya
membopong Rudi yang sudah tak sadarkan diri,
Dewi membantu saya membuka pintu kamar.
Begitu masuk kamar, saya langsung
menjatuhkan Rudi di tempat tidur. Dewi
membuka pintu balkon dan melihat keluar
“Wah enak sekali kalian dapat kamar menghadap
laut”
“Lumayanlah, kecil-kecilan” kata saya sekenanya.
Saya berdiri di belakang Dewi lalu memegang
kedua bahunya sedangkan Dewi tetap melihat
kearah laut.
“Enak ya mendengar suara ombak” kata Dewi.
Dewi lalu merapatkan punggungnya ke dada saya
dan saya merangkul Dewi dari belakang. Dengan
perlahan, saya mencium kepala Dewi lalu turun
ke kuping kiri. Dewi mendongakkan kepalanya
sehingga saya bisa bebas mencium lehernya
yang putih. Kemudian Dewi menoleh ke saya lalu
mencium bibirku.
“Ummhh Arthur, you are so sexy” kata Dewi.
Sambil tetap merangkul Dewi, tangan saya
menggapai ke pinggir pintu balkon dan
mematikan lampu balkon supaya tidak ada yang
memperhatikan kami. Tangan saya mulai
menjelajahi seluruh pantat Dewi yang padat
kemudian meraba-raba dadanya yang sekal. Tak
henti-hentinya Dewi melenguh. Tangan Dewi pun
ikut meremas tongkolku dari balik celana. Lalu
saya menarik Dewi kembali ke kamar dan
mendorongnya ke tempat tidur. Kembali kita
berciuman ditempat tidur.
Tangan Dewi dengan cepat membuka kemeja
dan celana panjangku sedangkan saya langsung
membuka baju, BH, rok mini dan celana
dalamnya. Tubuh Dewi yang putih dan telanjang
bulat membuat nafsuku membara. Dengan
gemas saya meremas payudaranya yang
berukuran 32B sambil menghisap putingnya.
Nafas Dewi memburu dengan cepat apalagi saat
saya mulai beralih ke vaginanya. Dewi bagaikan
kuda liar saat klitorisnya saya jilat. Tak henti-
hentinya saya menjilat seluruh vagina dan
selangkangannya. Saya membalikkan tubuh Dewi
untuk bergaya 69.
Di pantat kiri Dewi ada tattoo kupu-kupu kecil
berwarna pink, saya tersenyum melihatnya.
Dalam posisi 69, dengan rakus Dewi
menggenggam tongkolku dan mulai
menghisapnya. Saya pun membalas dengan
menjilat anus dan vaginanya. Goyangan pantat
Dewi terasa semakin keras saat dijilat vaginanya
sehingga harus saya tahan pantatnya dengan
kedua tangan saya. Tiba-tiba Dewi melepaskan
genggaman tangannya dari tongkol saya dan
melenguh dengan keras, rupanya ia mengalami
orgasme. Vaginanya yang sudah basah menjadi
tambah basah dari cairan orgasmenya.
Kemudian Dewi nungging dan bersandar
dipinggir tempat tidur Rudi. Saya mengikuti
kemauannya, saya merenggangkan kakinya dan
mengarahkan tongkolku ke vaginanya. Dengan
penuh gairah saya setubuhi Dewi yang seksi.
Dewi rupanya tidak diam saja saat disetubuhi.
Tangannya menggapai ke celana Rudi dan
membuka risletingnya kemudian menurunkan
celana Rudi. Dewi mengeluarkan tongkol Rudi dari
balik celana dalamnya lalu mulai meremas
tongkol Rudi.
Saya memperhatikan Dewi yang mulai
mengulum tongkol Rudi yang masih lemas
sedangkan Rudi tertidur tanpa menyadari ada
wanita cantik yang sedang menghisap
tongkolnya. Tak henti-hentinya payudara Dewi
saya remas dan pencet putingnya. Tak berapa
lama kemudian, Dewi kembali mengalami
orgasme. Saya mengganti gaya ke gaya
missionary. Kaki Dewi saya rentangkan dan
kembali tongkolku mengisi vaginanya yang
sudah becek. Suara clipak-clipuk terdengar
dengan keras tiap kali tongkol saya keluar masuk
vagina Dewi.
Tujuh menit menggenjot Dewi, saya merasakan
akan ejakulasi. Saya percepat gerakanku dan tak
lama tongkolku memuntahkan peju didalam
vagina Dewi. Dengan terengah-engah saya
mengeluarkan tongkolku lalu menindih Dewi dan
mencium bibirnya. Kami berciuman beberapa
menit dan saya baru menyadari ternyata Rudi
sudah berdiri disamping kami
“Wah, ter.. ternya.. ta.. ka.. kalian sudah mm..
mulai duluan” kata Rudi dengan tergagap dan
sedikit sempoyongan.
“Tenang Rudi, kamu dapat giliran kok” kata Dewi
sambil tertawa lalu menghampiri Rudi.
Sambil berlutut di tempat tidur, Dewi meremas
tongkol Rudi yang perlahan mulai berdiri. Rudi
memejamkan matanya menikmati Dewi yang
mulai menghisap tongkolnya. Setelah puas
menghisap tongkol, Dewi berdiri ditempat tidur
kemudian mencium Rudi. Dengan kasar Rudi
menggendong Dewi sambil menciumnya.
Kemudian Dewi dibaringkan ditempat tidur dalam
posisi doggy style dan Rudi langsung
menyetubuhi Dewi. Kelihatannya pengaruh
alkohol membuat Rudi menjadi sedikit kasar.
Sambil menggenjot vagina Dewi, tak henti-
hentinya Rudi menampar pantat Dewi sambil
berkata
“Satisfy me, bitch, suck my dick”
Sekali-sekali rambutnya yang panjang dijambak
sehingga kepala Dewi sampai menoleh
kebelakang lalu Rudi mencium bibirnya. Dewi
kelihatannya justru semakin liar mendapat
perlakukan kasar dari Rudi. Saya kemudian
berlutut didepan Dewi lalu menyodorkan
tongkolku. Dewi menyambut tongkolku lalu mulai
mengulumnya. Setiap kali Rudi menyodokkan
tongkolnya dalam vagina Dewi dengan keras,
tongkol saya otomatis ikut tersodok ke mulut
Dewi. Tapi beberapa kali kuluman Dewi terlepas
karena Rudi suka menarik rambutnya. Tapi
karena Dewi tidak protes, maka saya biarkan saja.
Rudi kemudian menarik punggung Dewi
sehingga punggung Dewi tegak. Saya menjilat
dan menghisap seluruh payudara Dewi. Tapi itu
tidak bertahan lama karena tangan Rudi menjalar
keseluruh tubuh Dewi. Akhirnya saya mengambil
bir di mini bar lalu duduk dikursi menikmati
adegan seksual yang liar itu. Beberapa kali Dewi
melenguh pertanda ia mengalami orgasme tapi
Rudi tidak berhenti sedikit pun.
Dewi kemudian melepaskan dirinya dan
mendorong Rudi untuk duduk ditempat tidur.
Dewi duduk dipangkuan Rudi dan mulai
menggoyang pinggulnya. Pinggul dan pantat
Dewi terlihat merah karena ditampar Rudi. Tak
henti-hentinya Dewi berceracau disetubuhi Rudi.
Akhirnya tidak lama kemudian Rudi ejakulasi. Rudi
memegang pinggul Dewi dan meremasnya
dengan keras. Dewi pun kembali orgasme lalu
mereka berdua berebahan ditempat tidur dengan
lemas.
Tiba-tiba telepon berbunyi..
“Halo, ini Henri, sudah tidur kalian?” tanya Henri.
“Belum, kita lagi bersenang-senang. Ada Dewi
disini” jawab saya.
“Wah, habis seks ya?” tanya Henri dengan
semangat.
“Hehehe, begitulah. Kamu tidur ya? Atau jangan-
jangan habis seks dengan Carol” tanya saya
menduga-duga.
“Saya ditempat Carol. Saya ketempat kalian deh”
kata Henri.
Waduh, ternyata Henri baru selesai menyetubuhi
Carol. Saya menceritakan ke Dewi percakapan
tadi. Dewi tertawa lalu pergi ke kamar mandi. Tak
lama kemudian, pintu bel kamar berbunyi dan
saya bukakan. Tampak Henri mengenakan celana
pendek dan kaos sedangkan Carol mengenakan
kaos tidur yang panjang hingga ke dengkul. Dari
balik bajunya terlihat ia tidak memakai BH.
“Wah, kalian abis pesta pora nih” kata Henri
sambil tertawa melihat saya yang telanjang dan
Rudi yang juga telanjang tapi tidak sadarkan diri.
“Kamu juga nih abis pesta dengan Carol” kata
saya. Carol pun ikut tertawa. Mata Carol terus
tertuju pada tongkolku yang sudah berdiri.
“Mana Dewi?” tanya Henri.
“Di kamar mandi” jawabku.
Henri mengetuk pintu kamar mandi lalu masuk
kedalam. Terdengar suara Dewi dan Henri
tertawa-tawa kemudian hening.
“Kelihatannya mereka sudah mulai” kata saya
kepada Carol.
Carol menghampiri diriku lalu mencium bibirku.
Saya langsung membalasnya dan kita saling
berpagutan. Tanganku mulai mengangkat kaos
yang dipakai Carol dan membukanya. Kemudian
saya melihat tubuh Carol yang telanjang bulat.
Payudaranya besar sekali, ukuran 36C. Tubuhnya
yang ramping terlihat indah dan bulu
kemaluannya hanya disisakan sedikit didaerah
vaginanya.
Dengan gemas, saya menghisap payudaranya
sambil jongkok didepan Carol. Carol meremas
kepalaku menahan gairah. Lalu ciumanku turun
ke perut Carol dan ke vaginanya. Carol
mengangkat satu kakinya sehingga dengan
mudah saya menjilat vaginanya. Tercium bau
sabun di daerah vagina Carol. Syukurlah Carol
masih sempat membersihkan dirinya setelah
bersetubuh dengan Henri. Saya membuka bibir
vagina Carol dan menyedot vaginanya. Carol
mengerang dengan penuh nikmat.
Puas melahap vaginanya, saya mengangkat
tubuh Carol. Kaki Carol melingkar dipinggangku
dan saya memasukkan tongkolku ke vaginanya.
Dalam posisi menggendong, saya menyandarkan
punggung Carol ke dinding lalu saya mulai
menggenjot Carol. Payudara Carol yang besar
meliuk ke kiri dan kanan mengikuti irama
goyangan. Tak henti-hentinya saya mencium
bibirnya yang merah dan mungil. Benar-benar
gemas aku dibuatnya.
Dari dalam kamar mandi, terdengar suara Dewi
yang melenguh. Carol pun ikut melenguh tiap kali
tongkol saya menghunjam ke vaginanya. Posisi
ini hanya bertahan beberapa menit karena cukup
berat menggendong Carol sambil
menyetubuhinya. Saya duduk di kursi dan Carol
duduk dipangkuanku menghadap saya. Vagina
Carol terasa mendenyut-denyut di ujung kepala
tongkolku.
Dengan enerjik, Carol menggoyang pinggulnya
naik turun sambil merangkul kepalaku. Saya
menghisap payudaranya yang besar sambil
menggigit putingnya. Tangan kananku meraih ke
anusnya dan saya memasukkan jari telunjukku ke
anusnya. Tampaknya ini membuat Carol semakin
liar. Carol terus menerus menghujamkan
tongkolku sampai ia mencapai orgasme. Di saat
yang sama saya pun ejakulasi. Carol duduk
terkulai lemas dipangkuanku. Saya menggendong
Carol ketempat tidur lalu kita berdua tertidur
sambil berpelukan.
Sabtu
Telepon berbunyi jam 6:30. Saya memang
meminta ke operator untuk dibangunkan jam
6:30 karena hari ini akan ada tur. Saya melihat
Carol masih tidur telanjang bulat dalam pelukan
saya. Dewi dan Henri tidur dikarpet beralaskan
comforter tempat tidur. Mereka pun masih
telanjang bulat. Rudi masih tidur dalam posisi
sama. Saya membangunkan mereka semua
untuk siap-siap pergi tur. Berhubung Dewi, Carol
dan Henri belum pernah ke Bali, maka mereka
dengan semangat langsung kembali ke kamar
masing-masing untuk bersiap. Jam 8:00, kami
berempat sudah di restaurant untuk sarapan.
Rudi tidak ikut karena kepalanya masih sakit.
Tur menggunakan 2 buah bis. Tujuan pertama
adalah ke Tanah Lot, lalu ke Ubud, Kintamani lalu
menonton pertujukkan Kecak. Saat sedang
menonton tari Kecak, saya menerima SMS dari
Rudi
“Gue lagi di Kuta nih. Kenalan sama cewek bule.
Cuantik banget. Sekarang lagi di kamar hotel si
cewek di Kuta. Have fun ya di tur karena gue juga
sedang having fun”
Saya tertawa melihatnya. Tur berjalan dengan
menyenangkan. Saya memfoto banyak obyek
yang menarik. Tak lupa saya memfoto Dewi dan
Carol sebagai modelku. Jam 18:00, tur akhirnya
tiba kembali di hotel. Semua peserta terlihat
senang dan puas.
Di lobby hotel, Henri buru-buru naik taksi karena
ia mau ke Legian untuk beli beberapa cinderamata
yang tidak sempat dia beli. Dia menawarkan ke
kita untuk ikut tapi kita semua capek. Akhirnya
Henri pergi sendiri naik taksi ke Legian.
“Mau ngapain nih malam ini? Malam terakhir”
tanya saya.
“Saya capek banget, pengen bubble bath” kata
Carol.
“Saya juga, enak nih kalau berendam air hangat”
kata Dewi.
“Kita bertiga berendam aja yuk” saya
menawarkan dengan semangat. Dewi dan Carol
tertawa lalu kita menuju ke kamar Carol.
Kamar Carol walaupun single bed tetapi
kamarnya sedikit lebih besar karena terletak di
ujung gang. Bath tub diisi air hangat oleh Carol
dan dituang sabun bubble. Kita bertiga lalu
membuka baju dan berendam ke bath tub.
Ukuran bath tubnya terlalu pas untuk kita bertiga
apalagi tubuh saya yang tinggi. Carol duduk
dipangkuan saya sementara saya berselonjor di
bath tub sedangkan Dewi duduk diujung bath
tub.
tongkol saya yang berdiri sekali-sekali terlihat
menyembul dari balik air. Payudara Carol pun
terlihat setengah menyembul dari balik air. Dewi
terlihat sedang menikmati air hangat. Ia mengikat
rambutnya keatas. Kaki kanan saya menyelip
ketengah kaki Dewi dan sekali-sekali saya
menggelitik selangkangan Dewi dengan jempol
kaki. Dewi kegelian lalu meremas biji saya. Carol
tertawa-tawa melihat tingkah kita berdua.
Tangan kiri saya pun mulai meremas payudara
Carol dengan gemas. Carol mulai memejamkan
matanya menikmati remasan tanganku
sementara tangan kanannya dengan perlahan
mengocok tongkolku. Gairah saya kembali
bangkit, saya menarik Carol keatas dan
medudukkannya diujung bath tub. Saya
membuka kakinya dan mulai menjilat vaginanya.
Saya dalam posisi nungging didepan Dewi.
Dewi kemudian menyelinapkan tangannya dari
antara kakiku dan meremas tongkolku. Wah
nikmat sekali rasanya merasakan tangan Dewi
yang mengocok tongkolku sambil menjilat vagina
Carol. Tiba-tiba kenikmatan saya semakin
bertambah saat Dewi membuka lipatan pantatku
danmenjilat anusku, gairahku terasa meningkat
dengan pesat dan saya serasa seperti terbang di
awang-awang. Masih dalam posisi menungging,
saya terus menjilat vagina dan anus Carol, Carol
menikmati itu semua sambil meremas
payudaranya.
“Balik dong badannya” kata Dewi.
Saya membalikkan tubuhku sehingga saya
kembali berselonjoran di bath tub, Dewi
membungkukkan tubuhnya dan mulai
menghisap tongkolku. Carol mengangkang
didepan mukaku dan menyodorkan vaginanya ke
mulutku. Langsung kembali saya jilat vaginanya.
Posisi ini berlangsung sekitar 5 menit. Dewi
kemudian mengangkang dipinggulku lalu
memasukkan tongkolku ke vaginanya.
Air dan buih meluap keluar bath tub saat Dewi
mulai mengocok tongkolku dalam vaginanya.
Carol pun memerosotkan tubuhnya sehingga ia
duduk diatas perutku dan saya bisa mencium
payudaranya. Tangan Dewi meraih ke punggung
Carol lalu memijit punggung Carol. Carol
tersenyum saat dipijit Dewi. Kemudian dengan
nakalnya tangan Dewi menyusuri punggung dan
pantat Carol lalu menyelinapkan tangannya ke
vagina Carol. Carol buru-buru mengangkat
pantatnya dan berkata
“Aduh maaf Dewi, tapi saya belum pernah
bercinta dengan wanita” kata Carol.
“Just go with the flow, jangan dilawan” kata Dewi.
Saya mendudukkan kembali Carol di perutku lalu
kembali mencium payudaranya. Mata Carol
terpejam dengan erat saat tangan Dewi mulai
masuk ke selangkangannya dan memainkan
klitorisnya. Carol menggigit bibirnya tiap kali jari
Dewi menyentuh vaginanya. Tak lama tangan
Dewi tidak lagi berada di vagina Carol karena Dewi
sendiri sudah semakin liar menggoyang
pinggulnya. Carol rebahan di sampingku lalu
memeluk tubuhku sambil menyaksikan Dewi
yang bagaikan kuda liar beraksi diatas tongkolku.
Beberapa menit kemudian saya ejakulasi
bersamaan dengan Dewi. Setelah seluruh peju
saya keluar dalam vagina Dewi, Dewi keluar dari
bath tub lalu membersihkan vaginanya kemudian
kembali masuk ke bath tub.
Carol belum mendapat giliran. Saya meminta
Carol keluar dari bath tub lalu nungging dengan
bersandar pada wastafel. Payudara Carol yang
besar terlihat menggelantung dengan indah. Saya
berdiri dibelakang Carol lalu mulai
menyetubuhinya. Carol mendesah-desah dengan
penuh nikmat saat kontoku keluar masuk
vaginanya. Dewi ikut keluar dari bath tub lalu
jongkok dibawah Carol. Ia meraih payudara Carol
dam mulai meremasnya. Mulut Carol terbuka
lebar menikmati kocokan dari tongkol dan
remasan dari Dewi.
Tubuh kami bertiga yang basah dan penuh sabun
membuat suasana menjadi tambah erotis.
Dengan rakus, Dewi melahap kedua buah dada
Carol dan kelihatannya Carol sudah mulai terbuka
dengan Dewi. Ia membalas dengan membelai-
belai kepala Dewi. Karena pegal dengan posisi ini,
saya minta mengubah posisi. Saya menarik Carol
dan Dewi keluar dari kamar mandi. Carol saya
dudukkan ditepi tempat tidur. Kakinya saya buka
lebar dan kembali tongkolku menghunjam ke
vaginanya. Dewi tak kalah asyik, ia berbaring di
sebelah Carol dan perlahan mulai mencium bibir
Carol. Carol tidak beraksi dan membiarkan Dewi
mencium bibir sambil meremas payudaranya.
Beberapa menit berlalu dan Carol mulai
membalas ciuman Dewi. Keduanya saling
berpagutan dan french kiss. Dewi lalu berlutut
diatas muka Carol dan menyodorkan vaginanya
ke Carol. Carol meremas pantat Dewi dan mulai
menjilat vagina Dewi. Nafas Dewi terdengar
memburu menahan nafsu. Pemandangan indah
ini membuat saya semakin bergairah sehingga
saya ejakulasi. Carol rupanya telah orgasme
berkali-kali saat disetubuhi di kamar mandi dan
ketika sedang menjilat vagina Dewi.
*****
Malam itu, saya, Carol dan Dewi kembali
bersetubuh. Kami sempat beristirahat sebentar
dan kembali bersetubuh ketika Henri dan Rudi
sudah kembali. Malam di Bali yang sungguh
indah. Hari Minggu, kami semuanya terpaksa
berpisah dan kembali ke tempat masing-masing.


Adult | GO HOME | Exit
1/614
U-ON

inc Powered by Xtgem.com